Aku ingin mengatakan kepadamu, kejujuran, bukan dusta. Bahagia itu Sederhana. Akan kubisikkan itu setiap pagi, dan engkau akan percaya, bahwa hati kita telah bahagia melalui cara-cara yang sederhana.
Senin, 03 Agustus 2015
CURHAT PASCA YUDISIUM
Apa kabar?
Entah yang keberapa kalinya aku gagal curhat, selalu saja ada gangguan diamna akau tak bisa menulis sepuas hati.
Seorang kakak, katakan, senang sekali saat bercakap-cakap, dan seringnya aku tak tega mengehntikkan obrolannya. Padahal aku bisa berkata, leave me alone, i want write something...
Tetapi, tak mampu... mungkin itu karena aku sayang, benar?
Saat ini ia tengah tertidur, mari kita cek dulu, mungkin ada nyamuk di pipi kiri kanannya?
----------------
Benar, ketiganya sudah lelap. Mataku pun sudah sembab, ingin ditidurkan, tetapi tak ada waktu lagi untuk curhat, selain malam-malam saat semua pembuat gaduh tertidur, hehehe-kejam nian!
Lampu kamar kumatikan saja, itu baikkan buat regenerasi kulit mereka?
Eli mau menulis apa?
Paska yudisium tentu saja. Ada banyak sekali tawaran yang membingungkan. AKu tahu kebingungan itu sendiri tercipta karena aku tak pernah menyiapkan diriku sendiri menjadi apa. Saat ibu memint aku pulang, aku ngangguk saja, karena toh langkah sendiri pun aku tak bisa bayangkan. Mungkin di sana pointnya, saat aku memiliki mimpi untuk bekerja sesaui minatku.. ah, aku sungguh egois dalam hal ini.
Tetiba di hari itu, 1 Juli 2015. Entah lah mengapa kakiku melangkah ke arah labschool, aku hanya sedang mencari Mom Desi, dan tertangkap basah masuk ruang kantor labschool, mereka sedang rapat! Pak Aan menyambut dengan sumringah... tanpa ba-bi-bu meminta kesediaan untuk jadi stap pengajar di sana?
"Hah?"
Tentu saja, kebingunganku tertangkap oleh seorang dosen yang sebenarnya sudah jauh-jauh hari (maksudnya) menyelamatkanku untuk tetap stay in Tasikmalaya.Waktu itu, aku melihat rautnya yang bahagia, dan aku sendiripun sebenarnya bahagia mearasa dihargai, kan sulit cari kerja? betul?
Tetapi waktu itu, Pak Aan memintaku pula menghubungi Ibun, agar sama-sama masuk mengabdi di labschool. Langsung saat itu juga aku telpon Ibun dan mengabarkan keinginan Pak Aan. Ibun juga terlihat bingung, sama sepertiku. AKu meminta beberapa orang untuk melihat dengan jernih, bagaimana keputusanku selanjutnya?
Tentu yang utama bagiku adalah ijin ibu....
Selain itu, ada hal yang sebenarnya tak usah aku ungkap, bagaimana peluang di labschool ternyata hanya untuk 2 orang saja. Itupun, untuk posisi yang satu harus menunggu beberapa bulan... dan saat itu juga aku tahu bahwa dosen yang bermaksud menyelamatkanku itu tengah berupaya pula memasukkan kawanku. Sekiranya aku masuk? Ah...
apalagi saat kuketahui, ibun sudha menyatakan kesiapan, aku tahu apa yang akan terjadi.
Seolah-olah semua menyalahkanku, karena aku lama sekali berkeputusan.. tetapi biarlah, mereka tidak ada dalam posisiku saat itu.
Busa-busa dijelaskanpun tak ada gunanya...
Hingga suatu malam, saat aku sedang online, dosen tersebut mengontakku, bahwa sikap diamku dinayatakn sebagai penolakan atau ketidakminatan dan sebagainya lah...
Sudah diprediksi, dan untuk mempertegas diri, aku mengatakan: Maaf, bukankah aku belum memberi jawaban. Jawabanku hari senin, ini Sabtu. Haham, mungkin dengan kata itu seolah-olah aku orang penting ya? Tapi sungguh aku telah mengatakan padanya keputusanku hari Senin.
Well, sebenarnya hal itu telah diduga, bahkan sebelum hari itu, aku sedikit curhat pada kakakku yang tengah tidur itu... dan sarannya memang be your self, ada banyak jalan menuju impian.
Meskipun jelas-jelas seperti itu, masih saja Pak Aan bertanya kesediaan, dan kadang aku hanya bisa tersenyum. Beberapa dosen lain pun menyampaikan unek-uneknya bahwa aku memang lambat dalam membuat keputusan, tak bisa ambil peluang, dan sebagainya: lebih parah lagi mengatakan aku tak bisa terima saran.
Oke Zahraa, tak usah lah sedih dengan kata-kata itu. Hihi, lebai saja, buang waktu saja. Ada banyak hal sebenarnya, menjadi alasan tersendiri:
1. Ibu, aku tahu umur siapa yang tahu. Dua hari ingin kuluangkan khusus untuk ibu dan keluarga, jadi memilih kerja full senin-sabtu bukan yang aku harapkan.
2. Free, dengan jiwa yang kumiliki, bukan tipeku untuk berada dalam kurungan waktu dan tempat. Bekerja part time selalu jadi prioritasku, tak membuatku jenuh pastinya...
3. AKu ingin kursus, kemampuan bahasa asing yang pas-pasan tentu mesti dapat daya dukung penuh. Otakku pasti tidak bodoh-bodoh amat kan? Masa iya, kursus aja gk ada peningkatan?
4. Mendidik dengan gayaku, hehehe, sebenarnya pasti banyak yang komen saat aku bilang, tak mau jadi pendidik, tak mau ngajar! Walau hidup di bimbelan yang nota bene mendidik, aku mengambil bagian kurikulum saja. Otak atik kajian materi, dan sebagainya. Entahlah... jadi saat seorang dosen merekomendasikan aku masuk bimbel lain, aku bingung. Jadi stap pengajar lagi! Biimbelnya islami? Itu daya tarik, lagian aku bosan disebut tak bisa menerima bantuan dan saran. Oke deal, akhirnya aku mnegirim CV ke mumtazaalbiruni. Dan menunggu jadwal keluar.. Wow, iam be teacher?
5. banyak waktu buat menulis. Karena entah apa, aku merasa bahwa jika kita diam saja menunggu panggilan, mana mungkin ada yang telpon. ADa juga, kita kirim lamaran, lalu dag dig dug nunggu terima atau enggak. Itu, aku hanya coba-coba kirim lamaran dan diterima... jadi apa? jadi hantu yang menulis haha(Ghost Writer), menulis setiap hari, jika dihitung 100 artikel mesti ditulis dalam sebulan. hah? Aku sendiri tak percaya aku bisa, tapi, hari tadi adalah hari pertama aku nulis artikel... entahlah bagus apa jelek, yang penting nulis, 5 artikel /hari.
Artikelku harus bertema pendidikan islam. Hemmm... dunia kerja, aku seperti romusha ya? tidak juga.
Sembari menunggu pengumuman PIMNAS, masih juga ngarep! aku coba-coba berbisnis madu dan fashion. well tahu sendiri aku kan gagal terus kalau bisnis, ujung-ujungnya pasti pelanggan pada gak bayar, terlalu baik dagangnya. Tapi tak kapok-kapok...
Tapi semuanya mesti dilakukan dengan diam dan tidak sok sibuk, santai sajalah, nikmati hidup ini.
Itu urusan dunia? CUT! Dunia untuk akhirat.
Aku tahu, saat ini sbenearnya aku bisa menghidupi diriku, tidak jajan, puasa aja atau apalah, yang penting hidup dengan makanan halal. Tetapi ada soal lain, entah dari mana mulainya, aku slelau jadi tulang punggung dari kehidupan keluarga kakak. :)
Jika ada sesuatu yang kurang, dan ingin meminjam, pasti hubungi adik bungsu. Well, tak bisa menolak, tapi juga tak bisa bantu, karena aku hidup cukup, cukup sehari-eun :D
Oleh sebab itulah, aku berharap bisa bantu semua orang yang menghubungiku dan bilang, "Teteh boleh gak pinjam uang?"
Hah? Ingin seklai bantu!!!!!! Tetapi apa daya, hanya semampunya.
Makanya sering sekali berdoa, biar diberi kecukupan agar bisa bantu orang, atau cukupilah kebutuhan orang-orang yag merasa tak cukup. Bekerja, itulah salah satu usahanya!
AKu tak tahu, apa yang kukerjakan akan berharga atau tidak untuk masa depanku, terus melaju, jalani dengan senyuman. AKu sering sekali mengatakan: Hidup ini penuh sandiwara, jadi untuk peran apapun yang orang lakoni kepada kita, so hadapi saja dengan senyuman!
Begitulah curhatku, aku tahu aku tak bisa lagi menyakiti ibu, harus beri ibu kepastian, besok mungkin pulang dan mengatakan keputusanku... Ya Allah permudah urusanku.
Biarkan aku mejadi hambaMu yang penuh syukur. :)
(0:06), 4/8/15.
Az.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar