Senin, 18 Agustus 2014

Ibu, Maafkan Anakmu.

Bahagia itu teramat sederhana...

Ketika rasa syukur dan sabar senantiasa dijadikan senjata paling teruji disetiap kondisi dan situasi.

Sahabat, tahukah kita bahwa: Ketika kita mempercayai sebuah prinsip, maka Allah akan mengujinya, apakah kita sungguh-sungguh terhadap prinsip yang kita yakini tersebut atau hanya sekedar basa-basi? Begitullah Allah menyatakan, "Apakah mereka kira bahwa Kami akan membiarkan mereka setelah mereka menyatakan beriman? Sungguh kami akan mengujinya dengan kebaikan dan keburukan, untuk melihat siapakah yang beriman dengan sungguh-sungguh?"

Maka hari Jumat lalu, tepat 1 Agustus yang menjadi memoriku... tahun ini.. tiada kuduga... Allah mengujiku dengan kebaikan. Dan bertambahlah kebahagiaanku, satu persatu...

Embun yang kujaga agar tak tumpah, hari ini jatuh menetes ke tanah, bersatu bersama ribuan dan milyaran tetes lainnya. Menuju alam yang tak tiada terbayangkan kedahsayatannya dan ke"rahasiaannya."

Malam ini malam kedua, dan langit malam kutengok, tiada lagi sabit, tiada lagi rembulan, gerimis malam membasahi wajahku yang tengadah...

Ku harap doa-doaku tak sekelam itu, dan karena hatiku tengah bahagia, tolong... tentramlah damailah malam...

Seperti biasa... setelah jariku tak lagi lelah, aku mulai mengingat, jika harus ada kenangan yang mesti kurapihkan bersama serpihan hikmahnya, yang mesti kubagi agar manusia semua mengerti... jika"dari perpisahan kita harus belajar menghargai kebersamaan"...

Kumulai dari mana cerita ini?

Kumulai dari tiga hari lalu saja, selesai makan takjil dan solat magrib, aku baru ingat untuk mengecek handphone. Ya ada banyak panggilan tak terjawab, dan 2 pesan masuk. dari nomor yang sama bertuliskan "Ema". Ku cek pesan masuknya, bertuliskan, "El ema..." dan "El, ema sakit."

Dengan tangan yang bergetar aku mulai merasa sangat gigil dan khawatir, lalu ku telpon balik... suara disana terdengar terisak, dan aku sengaja me-loudspeaker-kan panggilan, agar semua orang rumah tahu, tanpa aku harus menjelaskan, ibu bapak turut mendengar... dan aku mengatakan "teteh, insya Allah, eli ke Tasik Esok hari."

Namun, ada yang sangat menyakitkan dihati dengan berkata seperti itu, ini adalah hari ke-empat bulan syawal... dan aku sama sekali belum sempat meraih tangan ema untuk kucium dan kusesap baunya, atau kupeluk tubuhnya dan merasakan wangi keringatnya...lalu kuminta ridhonya, aku belum melakukan itu.... belum sama sekali.. dan airmataku jatuh-jatuh-perlahan...

Aku sadar, aku harus kuat, perut yang belum kuisi, kupaksa untuk kumasukan tiga sampai enam suapan. Dan rasa asin airmata menyatu di dalam mulutku. Aku ingin terbang saja ke emak, dan sampai dalam hitungan detik. Tapi, ternyata aku tak punya sayap.... lalu sambil megunyah, kuraih telpon genggam dan mencoba hubungi kakak satu lagi yang membersamai emak berangkat ke Rumah Sakit.

"Hallo, teteh lagi dimana sekarang?"

"Teteh di Cibodas El, yang ada pabrik Daiki.. macet,"

"Emak mau di rujuk ke RS mana?"

"Gak tahu el, mau ke dokter Dadan dulu yang belakang masjid agung, dokter dalam, atau ke RSU ya..."

"teteh coba langsung saja ke RSU, biar ditangai langsung sama yang jaga..."

"Oh, iya El.."

dan.. percakapan itu membulatkan keputusanku.. aku ingin malam ini juga ke sana...

Sahabat, intusi itu benar-benar ada.. dan kabar dari hati ke hati memang ada...

Pukul dua sinagnya, selesai mengerjakan laporan KKN, kepalaku terasa pening.. dan aku berusaha untuk menidurkannya sebentar, walau terus saja tak terpejam, kulirik jam 14.30. Lalu aku mulai bersungguh-sungguh minta kepada Allah agar sebentar saj amenidurkan diriku, sambil membaca surat al-ikhlas, akhirnya aku tertidur.... pulas!

Dan suara BBM masuk mengagetkanku, seketika bangun dengan mata terkejut dan hati yang berdebar, dan kulirik jam 16.15, aku terperanjat karena belum solat Asar. Namun ingatan mimpi itu lebih terasa mengagetkanku...pula...

Lalu aku cepat mengambil wudhu, solat dan mengambil Al-Quran, kau tahu sebelum sempat ku baca Quran, tiba-tiba airmataku jatuh sangat deras, sangat deras, sampai cegukkan, karena sebuah mimpi tadi..

Aku bermimpi sangat panjang tentang keluarga asliku, keluarga yang darahnya mengalir menjadi darahku, Aku bermimpi... memanen singkong, lalu pulang ke rumah, lalu mendapati kakak perempuanku yang sulung sakit parah, lalu saudaraku yang lain bercerai, lalu Emaku bersedih, lalu kudapati pula keluarga angkatku tengah bertengkar hebat satu sama lain, dan aku berjalan keluar rumah seketika itu pula telah berada di rumah yang dulu semasa kecilku, saat perpisahanku dengan keluarga asliku belum terjadi.. dan aku melihat sesuatu, diatas langit sebelah barat.... sesuatu ajaib dilangit sana.. sangat terang ya sangat terang, bercahaya, kulihat matahari di sebelah barat ada tiga. lalu aku bertakbir, oh kiamtkah ini.. kimatkah ini..!!!

Namun ketika itu ada yang mengingatkanku, "Coba kau perhatikan baik-baik Eli, itu yang terang bukanlah matahari.. melainkan bulan, matahari dan palanet lain.. mirif sekali dengan planet bumi.."tuturnya.

Aku begitu tenang mendengarnya.. dan cahaya dari ketiga bintang itu menyebar...

kemudian entah kemana lagi jiwaku melayang, karena tiba-tiba aku merasa ada di sebuah perjalanan, dan menjadi musafir dari seseorang yang tak kukenali berada di depanku, orang itu memusuhiku, dan tiba-tiba aku merasa bisa mejadikan orang itu baik... ya, memberikan singkong yang ku panen untuknya. Ia tersenyum dan mengabarkan kedatanganku. lalu ada seseorang lain mengingatkanku, "Eli, katanya mau ke Pesantren.. ayo sekarang berangkat!"

Ah aku ingat, jika aku belum menjenguk kakakku yang sakit atau sekedar menemaninya.. dan aku menolak, "Sebentar ya aku jenguk dulu, nanti nyusul deh!"

dan orang itu bilang, "iya sok atuh, diantosnya..."

Dan aku menjenguk kakakku yang sakit tadi, di kamar, dan betapa perih hatiku menyaksikannya sangat terluka.... dan terbangunlah...

Mimpi ini sangat mempengaruhiku, amat sangat membawa firasatku.

Lalu ku telpon kakak angkatku, "A dimana? Ema sakit, aku mau ke sana sekarang."

Kakakku menjawab "otw".

Dengan sisa tenagaku, aku berkeinginan sekeras baja untuk pergi malam ini juga, namun motornya masih dibawa kakak. Oke, kita packing dulu...

Lalu ku sms kakak, "Insya Allah eli ke sana jam 7-an teh, ketemu di RSU ya."

Dan ketika kakak datang, terjadi sedikit perbincangan sengit diantara kami. Ibu khawatir, dan beliau tak ijinkan aku membawa motor malam-malam, kondisi jalanan macet, dan mataku yang sedikit rabun, juga perasaanku yang tak baik, membuatnya sangat cemas..

Akhirnya selepas isya, ibu berkeputusan kakak angkatku akan mengantarku, dan Ibu Bapak serta tetangga kerabat menyusul kemudian.

Bismillah, dengan mata yang basah, dengan malam yang dingin, dengan sabit yang menggantung, dan dengan isakan aku berangkat. membayangkan wajah Ema, membuatku teramat rindu, dan takut, aku takut kehilangan... Lalu kuingat kekuatan doa, seketika itu juga kuketikan permohonan doa, di wall fb akun “Annisa Zahraa” agar ibuku sehat dan sembuh….

rasanya jiwaku telah sampai, dan lalu memeluk Ema, tapi ternyata kondisi jalan begitu membuatku kadang terpejam, karena sesak. Tepat jam 21.05 aku sampai di pintu masuk RSU. Kulihat dua kakakku menanti dengan air mata yang mengalir, dan kusapa, "mengapa menangis? harus kuat ya," hahahha,,, aku pembohong, rupanya aku harus bersandiwara untuk terlihat "kuat". Padahal hati sendiri hancur berkeping-keping….

"Mana Emak?"

"Di IGD, El,"

Aku masuk, dan tak kudapati, dimana beliau, lalu aku kembali keluar, "mana kok gak ada?"

Ternyata emak sedang di CT-Scan, bersama saudara laki-laki. Dan aku tunggu 5 menit, dan masuk kembali ke IGD, masya Allah, dan airmataku benar-benar jatuh, dan kakiku hampir lumpuh, dan tanganku gemetar, aku tersedak sampai ulu hati...

Emak,,, aku berusap perlahan, namun hatiku berteriak sangat keras, menjerit sekuat-kuatnya....

Sosok yang lembut, yang basa menyambutku dengan pelukan, yang mengantarkanku dengan tatapan dan doa-doa, kini terbujur dengan berbagai macam bantuan medis. Selang oksigen, selang makanan yang menjejali hidung, juga selang untuk beliau pipis.

Ibuku, koma, dan aku tak bisa lagi menatap cahaya dari matanya yang terpejam. aku menyesal,,,, sangat menyesal tak pergi ke emak selepas idul fitri, oh... asatgfirullah ingat Eli, ini sudah takdir Allah.. akhirnya dengan sisa isak, aku mendekat dan mencium kening Ema yang sedikit panas.

Ema, lirihku di dekat telinganya. Ini Eli, Mak! Eli datang, emak kuat ya? kataku sambil terisak..

Ini adalah pengalamn pertama emak masuk rumah sakit...

Dan oleh karenanya, ini sangat membuatku khawatir dan cemas...

Malam itupun, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tak tidur, aku terus menggenggam tangan emak yang sekali-kali terlihat kejang.. dan aku merasa mati rasa, aku merasa ini bagian mimpi.. ini mimpikan?

Senin kemarin, selesai solat idul fitri, aku menelpon beliau, dan suara beliau tak begitu jelas, putus-putus, saling berlepas salah dosa, dan menanyakan kapan anaknya ini akan menemuinya. Dan kujawab tanggal 1 Agustus ma.. dan emak diam. Lalu kutanyakan kesehatannya, beliau mengeluh pusing, dan aku berkata untuk tetap sabar dan berhati-hati mengkonsumsi makanan, karena memang idul fitri baisaya banyak makanan yang berpotensi membuat darah tinggi emak naik.

Kemudian karena pulsaku habis, telpon terputus....

Ah, kini beliau tak berdaya, dihadapanku, seolah tertidur pulas...

"Emak, empat hari berjuang menguatkan dirinya, untuk bertahan agar mampu menatapku kah? Betapa berdosa diri ini.. Rabb ampunilah..

Entah bagaimana perasaanku begitu harus menjadi KUAT. aku harus optimist, saat dokter jaga mengingatkan, agar aku tak meninggalkannya, dan memperhatikan detak jantungnya.. aku marah, ya sedikit marah. Oke, Emak akan sembuh kok, ya ingat emak akan sembuh, bukankah Allah maha penyembuh. Show must gone!

Harapan-harapan itu tertumpah dalam doa, dan ayat-ayat yang terus-menerus ku bacakan sengaja didekat telinga beliau, ya teruatama juz 29, karena beliau hafal surat-suaratnya, siapa tahu jiwanya mendengar dan lalu kita bersama membaca J

Aku tetap saja tertidur, sesak jiwaku tak bisa lagi ditahan, aku mengabarkan sakit ema pada semua orang yang sangat penting, yang berada di kotak hp ku. Lalu saat pagi-pagi dan kutengok keadaan emak tak siuman-siuman juga. AKhirnya kita mulai bisa pindah ke kamar, karena itulah dengan sangat menyesal….

Aku pulang dulu ke rumah kostan, untuk solat subuh dan juga membawa perlengkapan pindah kamar.. seprai tidur, karpet, kaos kaki, makanan, mukena, dll…

Dan siangnya tak ada perubahan yang cukup berarti, dan emak tak kunjung siuman. saat pagi itu, emak berbusa, dan malam itu juga… demamnya yang tadi siang menurun, kini naik kembali, sehingga saat keningnya ku raba, bak terasa sangat sangat panas.

Ah….. harapanku masih begitu tinggi, aku masih optimis.

Namun, rasanya ini terlalu egois, oleh sebab itu ketika kumandang magrib bergema, dan aku ingin memurnikan hatiku… dan kuikhlaskan semuanya… Jika kepergian emak adalah kebahagiaan untuk beliau dan jalan Allah yang telah digariskan sebagai wujud kasih sayangNya, maka aku ikhlas Tuhan… karena di dunia ini pun begitu banyak yang membebaninya.. dan aku tak sanggup membhagiakannya, dan karena hanya Allah yang bisa dan akan membahagiakannya. Aku ridho ya Allah, karena semua ini hanya titipan, begitu pula dengan orang tua…

Dan setelah isya, aku berkata: aku masih ingin duduk didekatnya membacakan surat-surat penyembuh, dan mengakhirkan solat isyaku. Menanti jam 9, waktunya ema minum obat. Jam 08.20 aku merasa harus solat isya sekarang, lalu kuperbarui wudhuku, dan akan mulai solat, namun jam menunjukkan waktunya dimana aku harus memberi ema susu sebagai makanan sebelum minum obat, aku mengambil dulu obat dari kotak dan mengeluarkannya, mana saja yang harus di lembutkan… Lalu kakak perempuanku berteriak memanggilku, “Eli…”

Dan aku berdiri, mendekati emak, yang sedang mendapat bisikan kata “Allah, Allah, Allah…”

Dan ku raba dadanya, sudah tak ada lagi………………..

Dan kakiku beku, dan tanganku beku, dan sekujur tubuhku kaku… aku meminta mendekat dan membisiki telinga emak dengan syahadat, karena infusan masih jalan dan oksigen pun masih berjalan, aku berharap emak masih ada, dan detak jantungnya akan kembali,,, tapi… tapi.. tapi itu sekedar harapan… bibir ema telah terkatup,

“Ayhadu Alla ila Allah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasullalah”

Aah emaaaaaaaaaaaaaaa….. satu jam lalu aku menghapus air mata emak, entah mengapa emak menangis dan wajahnya teduh seolah-olah sendu mengucap kata perpisahan, ah emak, kumohon bertahan.. kumohon ya Allah. Dan itu adalah harapan terkahir, dimana aku harus belajar ikhlas dan ridho terhadap apa yang menimpaku dan keluarga… emak telah wafat, innalilahi wa inna ilaihi rojiun.. Tuhanku, Tuhan kami, Allah, Allahlah penciptanya, Allahlah yang menghidupkannya, dan Allah lah yang mematikan, semua akan kembali pada Nya, karena setiap-tiap yang hidup akan merasakan mati…

Inilah akhir kehidupanmu ibuku, oh ibuku, Jumat, 01 Agustus 2014,  5 Syawal 1435 H. Dan sambut cinta Rabbmu dengan keadaan tenang lagi di ridhoinya. Ketika malaikat izroil menyeru dengan suara lemah, lagi perangai lembut, “Hei jiwa yang wangi yang tersemayam dalam jasad yang wangi, keluarlah, dan penuhilah panggilan Rabbmu,” dan lalu jiwa itu diangkat ke arsy melewati pintu-pintu langit yang berbanjar para malaikat yang bertanya.. “Oh siapakah jiwa yang wangi ini, siapakah namanya, bagaimana ia di dunianya?” dan ketika ruh itu sampai ke hadiratNya, lalu Allah berfirman, “Ini seorang wanita salihah, Romlah binti Wiharja, adalah hambaku yang beriman, berilah ia tempat yang baik dan kembalikan kepada kuburnya dengan pelayanan baik.”



Dan…. Sejak itulah kebahagiaan akan meliputimu Ibuku, bundaku, emakku.. aamiin, aamiin, aamiin.. aamiin ya Allah, aamiin ya Rabb…

Tiada yang lebih kuharapkan Rabbku, Selain engkau ampuni kesalahan ibuku, menerima segala kebaikan dan amal serta ibadahnya kepadaMu, dan aku bersaksi jika ibuku adalah sungguh wanita yang taat kepadaMu. Kebangganku adalah terlahir dari rahimnya yang suci… J

Emak, cita-cita emak terlaksana, untuk wafat dalam keadaan yang tak menyusahkan anak-anak emak, kepergian emak yang begitu tiba-tiba… dan kenangan serta kebaikan emak telah jauh dalam hati kami.
Terpatri dalam sanubari…………

Ah, semoga kita dikumpulkan kelak. Aku mencintaimu karena Allah… Emak, kini  tugasku adalah menunaikan amanahmu untuk menjadi wanita kuat, yang salihah, lagi bersuamikan orang salih.

Emak……… kupanggil engkau dalam doa dan sujudku,

Allahku… sayangilah kedua orang tuaku, sayangilah seperti bagaimana mereka menyayangiku sejak kecil…
Pertemukanlah kami sekeluarga dalam kenikmatan dan Rahmat Mu kelak, pertemukanlah kami,,,,

Catatan ini terasa rancu dan tak beraturan, semoga sahabat semua semakin sayang kepada ibu dan bapaknya. Semoga kita menjadi anak yang berbakti…

Catatan: Sudi kiranya sahabat semua dengan ikhlas dan khusuk, mendoakan Ayah dan Ibu saya. Semoga yang membaca catatan ini, Allah jadikan pula kehidupan keluarganya lebih baik, lebih soleh, lebih bertaqwa, dan digolongkan pada golongan kanan.

Untuk Abi-ku: Odong bin Abdullah (Alm) dan Umiku: Romlah binti Wiharja (Almh). Dua malaikat bumi yang melaluinya Allah titipkan kehidupan kepadaku sampai batas tertentu, kepada engkau berdua, cinta dan sayangku…. Tiada terhenti… selama nafas masih kuhela, selama kepala ada diatas leher… selama bibir dan hati berfungsi… doa-doaku takan terhenti.. tiada hentiii untukmu…. Rabbku, yang menyukai doa, yang suka mengabul doa, yang pemurah lagi penyayang kabulkanlah setiap doa kami… Pertemukanlah ayah dan ibu hamba dengan orang-orang yang beliau cintai, para mukmin, dan….. Rasulullah SAW orang yang paling ingin beliau temui… pertemukanlah dan puaskanlah hatinya, hingga tenang karena Rahmat Mu, aamiin….


Az (03/8/14---04/8/14 : 12:43)