10.20.
Duduk di depan laptop merah. Melihat apa yang akan kubagikan lagi, tentang pemikiran-pemikiran di masa kini di dalam otak yang terbatas.
Saat kemarin menghadiri final mawapres (mahasiswa berprestasi), ada sedikit kenangan tentang satu tahun lalu. Bukan perkataan: bahwa akupun pernah berdiri di sana, dan merasakan gelisah dan kekhawatiran akibat gegap gempita penonton, bukan itu.
Saat memasuki aula, bertemu dengan Ibu Juni dan mengatakan bahwa apapun putusannya, kami pun (waktu itu ada vira) adalah mawapres bagi beliau. Mungkin itu sanjungan yang tepat tak tepat.
Memang, antara 4 kandidat di tahun lalu dan kini ada 3, semua orang selalu saja berbeda. Baik jalan hidup (termasuk prinsip dan sebagainya), skill (kemampuan), maupun pengalamannya (baik di dalam maupun diluar).
Setiap orang selalu dengan ciri khasnya, ada tiga kandidat hari ini yang akan di”bantai” oleh para doktor penguji (calon doktor juga ada). Tiga kandidat itu menampilkan diri dengan kapasitasnya masing-masing. Toh, jika pada akhirnya, setiap pertandingan akan ditunjuk satu yang mewakili sebagai pemenang, itu bukan berarti dua orang dibelakangnya tidak berkualitas. Ketiganya telah menampilkan yang terbaik dari potensi dirinya.
Banyak sekali potensi di seorang manusia, termasuk potensi akal, hati, fisik, dsb. Akan tetapi potensi dalam bidang tertentu itu, Tuhan bagi-bagi, pada passionnya masing-masing. Ada yang unggul di bidang bahasa, bidang akademik, organisasi, karya tulis, pengalaman, dan lain-lain. Allah bagikan itu merata, pada yang bekerja keras dan yang mau belajar.
Mr. D, sesaat setelah mengumumkan siapa yang akan mewakili Tasikmalaya menuju Bandung, menulis sesuatu di dinding grup UPI Tasik. Sebelumnya, saat pengumuman itu, kami menyaksikan betapa galaunya beliau, dan sangat hati-hati dalam menyampaikan juara. Walaupun sebenarnya kami sudah dapat menebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang, ada desas desus bahwa 2 finalis mendapat nilai sama, entahlah itu benar atau tidak, nilai kami pun tidak diumumkan dengan jelas. Begini tulisnya (panjang x lebar).
Tulisan Mr. Dindin (Dosen Matematika UPITas; setiap tahun jadi penjaga gawang yang mengumunkan pemenang), waktu mawapres tahun lalu. Intinya adalah bahwa jika saja ke lima orang ini bisa dimerger dalam satu tubuh. Itulah mawapres UPI Tasik yang perfect (katakanlah demikian).
“SELEKSI MAWAPRES TAHUN 2014 BERAKHIR DENGAN TETRA JUARA”
Saya cari-cari tulisan itu di beranda grup VISI MISI UPI 2015. Jika saja tak ada facebook yang bisa menampilkan kapan terjadinya, mungkin sudah lupa. Mawapres tahun lalu, sama-sama dilakukan bulan April.
Sungguh tulisan Mr. Dindin ingin saya kutip, tapi entah kenapa, jadi ingin semuanya saya tulis di sini, boleh ya plagiat pak. Jika tak ditulis berasa tak lengkap.
“Konsep Baru
Duduk di depan laptop merah. Melihat apa yang akan kubagikan lagi, tentang pemikiran-pemikiran di masa kini di dalam otak yang terbatas.
Saat kemarin menghadiri final mawapres (mahasiswa berprestasi), ada sedikit kenangan tentang satu tahun lalu. Bukan perkataan: bahwa akupun pernah berdiri di sana, dan merasakan gelisah dan kekhawatiran akibat gegap gempita penonton, bukan itu.
Saat memasuki aula, bertemu dengan Ibu Juni dan mengatakan bahwa apapun putusannya, kami pun (waktu itu ada vira) adalah mawapres bagi beliau. Mungkin itu sanjungan yang tepat tak tepat.
Memang, antara 4 kandidat di tahun lalu dan kini ada 3, semua orang selalu saja berbeda. Baik jalan hidup (termasuk prinsip dan sebagainya), skill (kemampuan), maupun pengalamannya (baik di dalam maupun diluar).
Setiap orang selalu dengan ciri khasnya, ada tiga kandidat hari ini yang akan di”bantai” oleh para doktor penguji (calon doktor juga ada). Tiga kandidat itu menampilkan diri dengan kapasitasnya masing-masing. Toh, jika pada akhirnya, setiap pertandingan akan ditunjuk satu yang mewakili sebagai pemenang, itu bukan berarti dua orang dibelakangnya tidak berkualitas. Ketiganya telah menampilkan yang terbaik dari potensi dirinya.
Banyak sekali potensi di seorang manusia, termasuk potensi akal, hati, fisik, dsb. Akan tetapi potensi dalam bidang tertentu itu, Tuhan bagi-bagi, pada passionnya masing-masing. Ada yang unggul di bidang bahasa, bidang akademik, organisasi, karya tulis, pengalaman, dan lain-lain. Allah bagikan itu merata, pada yang bekerja keras dan yang mau belajar.
Mr. D, sesaat setelah mengumumkan siapa yang akan mewakili Tasikmalaya menuju Bandung, menulis sesuatu di dinding grup UPI Tasik. Sebelumnya, saat pengumuman itu, kami menyaksikan betapa galaunya beliau, dan sangat hati-hati dalam menyampaikan juara. Walaupun sebenarnya kami sudah dapat menebak siapa yang akan keluar sebagai pemenang, ada desas desus bahwa 2 finalis mendapat nilai sama, entahlah itu benar atau tidak, nilai kami pun tidak diumumkan dengan jelas. Begini tulisnya (panjang x lebar).
Tulisan Mr. Dindin (Dosen Matematika UPITas; setiap tahun jadi penjaga gawang yang mengumunkan pemenang), waktu mawapres tahun lalu. Intinya adalah bahwa jika saja ke lima orang ini bisa dimerger dalam satu tubuh. Itulah mawapres UPI Tasik yang perfect (katakanlah demikian).
“SELEKSI MAWAPRES TAHUN 2014 BERAKHIR DENGAN TETRA JUARA”
Saya cari-cari tulisan itu di beranda grup VISI MISI UPI 2015. Jika saja tak ada facebook yang bisa menampilkan kapan terjadinya, mungkin sudah lupa. Mawapres tahun lalu, sama-sama dilakukan bulan April.
Sungguh tulisan Mr. Dindin ingin saya kutip, tapi entah kenapa, jadi ingin semuanya saya tulis di sini, boleh ya plagiat pak. Jika tak ditulis berasa tak lengkap.
“Konsep Baru
Saya bersyukur sekali bisa menyaksikan
dan terlibat pada seleksi Mawapres 2014 ini. Tahun ini berarti tahun keempat
kita melaksanakan kegiatan tersebut di kampus ini. Tahun ini memang saya
terlibat baik sebagai juri maupun sebagai panitia, tapi hanya tahun kedua dan
ketiga (2012 dan 2013) saya berperan sebagai pembimbing kemahasiswaan. Ketika
tahun 2011 saya mengajukan kepada pimpinan kampus untuk melaksanakan seleksi
Mawapres di tingkat UPI Kampus Tasikmalaya, itu merupakan perjuangan yang
sangat hebat. Sekarang saya bisa tertawa dengan lepas bahwa seleksi Mawapres
akan menjadi tradisi yang hebat di kampus ini.
Sekarang tim panitia semakin lengkap. Dengan pembimbing kemahasiswan yang baru (Pak Resa Respati) dan tim pembina kegatan2 kemahasiswaan lainnya, kegiatan ini bisa lebih meriah tahun ini. Apalagi tahun ini merupakan tahun pertama yang melaksanakan sistem final, gagasan yang kami munculkan supaya kegiatan bisa lebih meriah. Pada dasarnya aspek yang dinilai pada seleksi Mawapres masih sama yaitu : IPK, KTI dan presentasinya, kemampuan berbahasa bahasa Asing dan prestasi ko/eksra kurikuler.
Semua Peserta Perempuan
Tahun keempat pelaksanaan seleksi Mawapres ini, memang ada yang baru seperti tahap final tersebut, tetapi ada hal yang spesial yaitu dari kesembilan peserta semuanya adalah PEREMPUAN. Entah kenapa, mungkin sebagai hampir kebalikan tahun kemarin yang semuanya laki2 kecuali satu orang perempuan. Maka saya acungkan jempol kepada sembilan peserta tersebut karena memang butuh keberanian dan persiapan untuk mengikuti kegiatan ini. Kegiatan seleksi mawapres bukanlah kegiatan instan, tetapi kegiatan yang harus disiapkan semenjak mereka menginjakkan kaki di kampus. Maka saya sampaikan rasa bangga saya kepada kesembilan peserta yaitu : Ade, Eli, Medita, Vira, Eva, Siti Hajar, Widya, Reni dan Aprilia. Selama saya kuliah S1 saya tidak pernah merasakan momen seperti ini, maklum dulu kegiatan Mawapres dilakukan secara tertutup bahkan di tingkat universitas sekalipun.
Finalis dari 3 menjadi 4
Sejak awal panitia telah menetapkan bahwa akan ada 3 orang peserta yang akan masuk ke final. Akan tetapi setelah seleksi tahap awal yang melibatkan 5 orang juri (Pak Yusuf, Bu Seni, Pak Resa, Bu Desi dan saya sendiri) diputuskan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang diloloskan ke tahap final. Tahun ini memang lebih sulit mencari juara urutan pertama dan berikutnya karena masing2 punya keunggulan dan kekurangan yang justru kekurangan salah satu peserta menjadi kelebihan peserta lain dengan bobot yang berbeda tetapi sangat tipis. Keempat finalis yang masuk final yaitu : Ade, Eli, Medita dan Vira memiliki keunggulan masing-masing sebagai finalis. Diantaranya ada yang memiliki kelebihan pada karya, inisiatif dan prestasi dalam mengembangkan kegiatan kemahasiswaan di kampus sehingga bisa memberikan inspirasi pada mahasiswa lainnya bagaimana berkiprah di kampus, diantaranya ada yang memiliki jejak rekam prestasi pada kegiatan internasional, diantaranya juga bahkan memiliki performance yang mengesankan ketika menyajikan karya tulis mereka. Andaikan keempat orang bisa digabungkan maka pofil mahasiswa berprestasi sangatlah lengkap
Saya sering menyampaikan bahwa kegiatan Mawapres ini harus berdampak kepada gairah berprestasi di kampus ini terutama bagi angkatan2 berikutnya.
Final yang Berbeda
Panitia memutuskan bahwa untuk tahap final kita akan mengundang juri teatnya panelis yang berbeda, hanya Bu Desi yang tetap diundang karena diharapkan mampu mengeksplorasi kemampuan berbahasa Inggris para finalis. Juri yang lainnya yang diundang adalah Bu Karlimah, Pa Dian, Pak Edi dan Pa Syarif. Kelima panelis final ini diharapkan bisa melihat perbedaan keunggulan para finalis sehingga mampu memilih siapa juara dan yang berhak mewakili ke tahap final di tingkat universitas.
Seperti yang kita saksikan, kegiatan final ini memberikan kejutan2. Pertanyaan dari para panelis sangat menggigit sehingga mampu menunjukkan perbedaan masing-masing finalis. Keunggulan2 masing yang sudah terlihat pada saat penyisihan benar2 mereka tunjukkan disini.
Penentuan juara pada final kali ini adalah berdasarkan penilaian kelima panelis ditambah dengan dengan pilihan dari pimpinan kampus serta juri tahap penyisihan dan panitia yang memiliki hak dan menentukan siapa yang terbaik.
Hasil Terbaik
Pada awalnya siapun yang memiliki hasil pilihan tertinggi dari semua voter, ia akan menjadi juara pertama dan jumlah berikutnya juara 2 dan seterusnya. Akan tetapi di luar dugaan, kami harus memutuskan sesuatu yang berbeda tahun ini dimana kami tidak menentukan juara untuk seleksi Mawapres kali ini. Kami hanya menentukan siapa yang akan mewakili kampus Tasikmalaya di tingkat universitas. Memang keputusan yang sedikit aneh mungkin tapi paling adil karena keempat Finalis ini bisa saja mewakili UPI kampus Tasikmalaya di Bandung. Suara terbanyak yang diperoleh oleh Saudari Medita dari para panelis dan voter yang terdiri dari pimpinan yang hadir dan para juri lain dan panitia mengantarkan ia mewakili kampus UPI Tasikmalaya ke Bandung. Tetapi tetap kami menentukan tidak ada juara 1 dan seterusnya. Saudari Medita memperoleh apresiasi tinggi pada tahap penyajian KTI di final serta kemampuan berbahasa inggris dari 2 orang panelis. Kitapun memiliki 3 juara lainnya : Eli memperlihatkan keunggulan pada bidang kegiatan kemahasiswaan terutama ko/ekstra kurikuler; Ade memperlihatkan keunggulan dalam kegiatan internasional, sementara Vira mempelihatkan gagasan terbaik pada KTI nya yang memiliki topik yang paling sesuai dengan topik Mawapres pada pedoman dari Dikti.
Tapi begitulah akhirnya, keempatnya secara bersamaan menjadi juara atau TetraJuara. Dengan bigitu profil mahasiswa berpretasi ada pada keempat finalis ini ditambahkan dengan para peserta yang lainnya. Andaikan keempat Finalis ini bisa dimerge layaknya file PDF, maka itulah profil terbaik mahasiswa berprestasi UPI Kampus Tasikmalaya yang harus menjadi bancmark pada kegiatan seleksi Mawapres 2015 dan seterusnya.
Saya ucapkan selamat kepada mereka berempat dan semua peserta Mawapres 2014, karena kalian telah menunjukkan bahwa kampus ini ADA untuk menghasilkan mahasiswa berprestasi. Mari kita siapkan bersama-sama wakil kita nanti di Bandung mudah2an bisa menunjukkan prestasi yang membanggakan kampus.
Mempersiapkan Mawapres 2015
Saya ucapkan selamat pula pada Pak Resa, ini merupakan tugas awal yang hebat karena tim panitia Mawapres lebih lengkap dan bertenaga. Kita juga harus menyiapkan Mawapres 2015 supaya lebih baik, dengan persiapan panitia dan peserta lebih baik. Bisa saja ada hal-hal baru. Hal-hal baru yang pernah terlontar adalah bagaimana kalau peserta seleksi Mawapres terdiri dari dua angkatan yaitu tingkat 2 dan 3; serta ada nominasi-nominasi lain mahasiswa berprestasi pada bidang-bidang tertentu seperi bidang seni, keagamaan, dan olahraga. Yang pasti harus lebih rame. Oh iya, tadi juga diusulkan ada tim khusus untuk mengarahkan topik2 pada KTI bagi para calon peserta. Tentunya kegiatan Mawapres ini harus mampu menggerakan kampus dari segala sisi : (1) kegiatan kemahasiswan harus lebih rame, (2) kultur menulis dan kegiatan ilmiah harus semakin intens (Bu Seni menginginkan sekali adal UKM LEPPIM di kampus ini; serta (3) kultur berbahasa inggris/asing sebagai pengantar ilmu pengetahuan juga harus semakin meningkat dengan mengoptimalkan lab bahasa.
Akhirnya, saya sampaikan bahwa saya tidak menyembunyikan rasa bahagia saya bahwa kampus ini semakin bergairah dengan prestasi para mahasiswanya. Semoga tahun depan bisa lebih hebbbatttt. Wassalam.”
Begitulah tulisnya panjang lebar, dan alhasil tulisannya yang mantap itu, mendapat respon yang positif dari dosen lainnya, juga mahasiswa. Termasuk prediksinya untuk mawapres tahun depan. Tapi, semanat dan cita-cita memang membutuhkan kekonsistensian. Saat kemarin mawapres di helat, konsepnya tetap sama, bahkan cenderung apa yang di usulkan pak dadan tahun lalu untuk membuat kategori pemenang mawapres, tak ada.
Apalagi usulan Pak Ghulam, untuk menyiapkan setiap mawapres agar lebih bisa dihargai dan diberikan lahan untuk berkontribusi. Itu baru sekedar ide, buktinya belum bisa dipercaya. Usul Mr. D sendiri agar disiapkan talent scouting, disiapkan calon mawapres menguasai bahasa, tidak terlihat. Ya, semua butuh waktu dan dana, sepertinya.
Tahun ini pun Mr. D seperti biasa menulis, hanya sedikit, tentang definisi mawapres dalam kacamata beliau. Mungkin karena kurang terlibat, tahun ini tulisannya tidak semantap tahun lalu.
Tapi diluar itu, mawapres tahun ini, telah membangkitkan gairah mahasiswa. Tidak bisa dihitung mahasiswa yang hadir, berdesakan, berdiri, dan bertepuk tangan, mengusulkan dan memberi dukungan. Sehari kemarin, UPI Tasikmalaya hidup dengan keilmiahannya. Presentasi ilmiah dari 3 kandidat membuat kami berdecak kagum, apalagi disampaikan dalam b. Asing, yah walaupun kami tidak paham semua isi KTI nya, setidaknya penonton belajar, dan yang penting finalis pun belajar banyak dari hari kemarin. Catatan untuk menutup tulisan ini: Mungkin bisa sidang skripsi dilaksanakan secara terbuka, ini untuk DPS. Agar budaya ilmiah kampus bisa didongkrak, mungkin menakutkan bagi kami mahasiswanya, tetapi semua kenangan itu akan jadi nilai tersendiri, pengalaman berharga yang tak dilupakan seumur hidup kami.
Sekian.
Sekarang tim panitia semakin lengkap. Dengan pembimbing kemahasiswan yang baru (Pak Resa Respati) dan tim pembina kegatan2 kemahasiswaan lainnya, kegiatan ini bisa lebih meriah tahun ini. Apalagi tahun ini merupakan tahun pertama yang melaksanakan sistem final, gagasan yang kami munculkan supaya kegiatan bisa lebih meriah. Pada dasarnya aspek yang dinilai pada seleksi Mawapres masih sama yaitu : IPK, KTI dan presentasinya, kemampuan berbahasa bahasa Asing dan prestasi ko/eksra kurikuler.
Semua Peserta Perempuan
Tahun keempat pelaksanaan seleksi Mawapres ini, memang ada yang baru seperti tahap final tersebut, tetapi ada hal yang spesial yaitu dari kesembilan peserta semuanya adalah PEREMPUAN. Entah kenapa, mungkin sebagai hampir kebalikan tahun kemarin yang semuanya laki2 kecuali satu orang perempuan. Maka saya acungkan jempol kepada sembilan peserta tersebut karena memang butuh keberanian dan persiapan untuk mengikuti kegiatan ini. Kegiatan seleksi mawapres bukanlah kegiatan instan, tetapi kegiatan yang harus disiapkan semenjak mereka menginjakkan kaki di kampus. Maka saya sampaikan rasa bangga saya kepada kesembilan peserta yaitu : Ade, Eli, Medita, Vira, Eva, Siti Hajar, Widya, Reni dan Aprilia. Selama saya kuliah S1 saya tidak pernah merasakan momen seperti ini, maklum dulu kegiatan Mawapres dilakukan secara tertutup bahkan di tingkat universitas sekalipun.
Finalis dari 3 menjadi 4
Sejak awal panitia telah menetapkan bahwa akan ada 3 orang peserta yang akan masuk ke final. Akan tetapi setelah seleksi tahap awal yang melibatkan 5 orang juri (Pak Yusuf, Bu Seni, Pak Resa, Bu Desi dan saya sendiri) diputuskan bahwa ada 4 orang mahasiswa yang diloloskan ke tahap final. Tahun ini memang lebih sulit mencari juara urutan pertama dan berikutnya karena masing2 punya keunggulan dan kekurangan yang justru kekurangan salah satu peserta menjadi kelebihan peserta lain dengan bobot yang berbeda tetapi sangat tipis. Keempat finalis yang masuk final yaitu : Ade, Eli, Medita dan Vira memiliki keunggulan masing-masing sebagai finalis. Diantaranya ada yang memiliki kelebihan pada karya, inisiatif dan prestasi dalam mengembangkan kegiatan kemahasiswaan di kampus sehingga bisa memberikan inspirasi pada mahasiswa lainnya bagaimana berkiprah di kampus, diantaranya ada yang memiliki jejak rekam prestasi pada kegiatan internasional, diantaranya juga bahkan memiliki performance yang mengesankan ketika menyajikan karya tulis mereka. Andaikan keempat orang bisa digabungkan maka pofil mahasiswa berprestasi sangatlah lengkap
Saya sering menyampaikan bahwa kegiatan Mawapres ini harus berdampak kepada gairah berprestasi di kampus ini terutama bagi angkatan2 berikutnya.
Final yang Berbeda
Panitia memutuskan bahwa untuk tahap final kita akan mengundang juri teatnya panelis yang berbeda, hanya Bu Desi yang tetap diundang karena diharapkan mampu mengeksplorasi kemampuan berbahasa Inggris para finalis. Juri yang lainnya yang diundang adalah Bu Karlimah, Pa Dian, Pak Edi dan Pa Syarif. Kelima panelis final ini diharapkan bisa melihat perbedaan keunggulan para finalis sehingga mampu memilih siapa juara dan yang berhak mewakili ke tahap final di tingkat universitas.
Seperti yang kita saksikan, kegiatan final ini memberikan kejutan2. Pertanyaan dari para panelis sangat menggigit sehingga mampu menunjukkan perbedaan masing-masing finalis. Keunggulan2 masing yang sudah terlihat pada saat penyisihan benar2 mereka tunjukkan disini.
Penentuan juara pada final kali ini adalah berdasarkan penilaian kelima panelis ditambah dengan dengan pilihan dari pimpinan kampus serta juri tahap penyisihan dan panitia yang memiliki hak dan menentukan siapa yang terbaik.
Hasil Terbaik
Pada awalnya siapun yang memiliki hasil pilihan tertinggi dari semua voter, ia akan menjadi juara pertama dan jumlah berikutnya juara 2 dan seterusnya. Akan tetapi di luar dugaan, kami harus memutuskan sesuatu yang berbeda tahun ini dimana kami tidak menentukan juara untuk seleksi Mawapres kali ini. Kami hanya menentukan siapa yang akan mewakili kampus Tasikmalaya di tingkat universitas. Memang keputusan yang sedikit aneh mungkin tapi paling adil karena keempat Finalis ini bisa saja mewakili UPI kampus Tasikmalaya di Bandung. Suara terbanyak yang diperoleh oleh Saudari Medita dari para panelis dan voter yang terdiri dari pimpinan yang hadir dan para juri lain dan panitia mengantarkan ia mewakili kampus UPI Tasikmalaya ke Bandung. Tetapi tetap kami menentukan tidak ada juara 1 dan seterusnya. Saudari Medita memperoleh apresiasi tinggi pada tahap penyajian KTI di final serta kemampuan berbahasa inggris dari 2 orang panelis. Kitapun memiliki 3 juara lainnya : Eli memperlihatkan keunggulan pada bidang kegiatan kemahasiswaan terutama ko/ekstra kurikuler; Ade memperlihatkan keunggulan dalam kegiatan internasional, sementara Vira mempelihatkan gagasan terbaik pada KTI nya yang memiliki topik yang paling sesuai dengan topik Mawapres pada pedoman dari Dikti.
Tapi begitulah akhirnya, keempatnya secara bersamaan menjadi juara atau TetraJuara. Dengan bigitu profil mahasiswa berpretasi ada pada keempat finalis ini ditambahkan dengan para peserta yang lainnya. Andaikan keempat Finalis ini bisa dimerge layaknya file PDF, maka itulah profil terbaik mahasiswa berprestasi UPI Kampus Tasikmalaya yang harus menjadi bancmark pada kegiatan seleksi Mawapres 2015 dan seterusnya.
Saya ucapkan selamat kepada mereka berempat dan semua peserta Mawapres 2014, karena kalian telah menunjukkan bahwa kampus ini ADA untuk menghasilkan mahasiswa berprestasi. Mari kita siapkan bersama-sama wakil kita nanti di Bandung mudah2an bisa menunjukkan prestasi yang membanggakan kampus.
Mempersiapkan Mawapres 2015
Saya ucapkan selamat pula pada Pak Resa, ini merupakan tugas awal yang hebat karena tim panitia Mawapres lebih lengkap dan bertenaga. Kita juga harus menyiapkan Mawapres 2015 supaya lebih baik, dengan persiapan panitia dan peserta lebih baik. Bisa saja ada hal-hal baru. Hal-hal baru yang pernah terlontar adalah bagaimana kalau peserta seleksi Mawapres terdiri dari dua angkatan yaitu tingkat 2 dan 3; serta ada nominasi-nominasi lain mahasiswa berprestasi pada bidang-bidang tertentu seperi bidang seni, keagamaan, dan olahraga. Yang pasti harus lebih rame. Oh iya, tadi juga diusulkan ada tim khusus untuk mengarahkan topik2 pada KTI bagi para calon peserta. Tentunya kegiatan Mawapres ini harus mampu menggerakan kampus dari segala sisi : (1) kegiatan kemahasiswan harus lebih rame, (2) kultur menulis dan kegiatan ilmiah harus semakin intens (Bu Seni menginginkan sekali adal UKM LEPPIM di kampus ini; serta (3) kultur berbahasa inggris/asing sebagai pengantar ilmu pengetahuan juga harus semakin meningkat dengan mengoptimalkan lab bahasa.
Akhirnya, saya sampaikan bahwa saya tidak menyembunyikan rasa bahagia saya bahwa kampus ini semakin bergairah dengan prestasi para mahasiswanya. Semoga tahun depan bisa lebih hebbbatttt. Wassalam.”
Begitulah tulisnya panjang lebar, dan alhasil tulisannya yang mantap itu, mendapat respon yang positif dari dosen lainnya, juga mahasiswa. Termasuk prediksinya untuk mawapres tahun depan. Tapi, semanat dan cita-cita memang membutuhkan kekonsistensian. Saat kemarin mawapres di helat, konsepnya tetap sama, bahkan cenderung apa yang di usulkan pak dadan tahun lalu untuk membuat kategori pemenang mawapres, tak ada.
Apalagi usulan Pak Ghulam, untuk menyiapkan setiap mawapres agar lebih bisa dihargai dan diberikan lahan untuk berkontribusi. Itu baru sekedar ide, buktinya belum bisa dipercaya. Usul Mr. D sendiri agar disiapkan talent scouting, disiapkan calon mawapres menguasai bahasa, tidak terlihat. Ya, semua butuh waktu dan dana, sepertinya.
Tahun ini pun Mr. D seperti biasa menulis, hanya sedikit, tentang definisi mawapres dalam kacamata beliau. Mungkin karena kurang terlibat, tahun ini tulisannya tidak semantap tahun lalu.
Tapi diluar itu, mawapres tahun ini, telah membangkitkan gairah mahasiswa. Tidak bisa dihitung mahasiswa yang hadir, berdesakan, berdiri, dan bertepuk tangan, mengusulkan dan memberi dukungan. Sehari kemarin, UPI Tasikmalaya hidup dengan keilmiahannya. Presentasi ilmiah dari 3 kandidat membuat kami berdecak kagum, apalagi disampaikan dalam b. Asing, yah walaupun kami tidak paham semua isi KTI nya, setidaknya penonton belajar, dan yang penting finalis pun belajar banyak dari hari kemarin. Catatan untuk menutup tulisan ini: Mungkin bisa sidang skripsi dilaksanakan secara terbuka, ini untuk DPS. Agar budaya ilmiah kampus bisa didongkrak, mungkin menakutkan bagi kami mahasiswanya, tetapi semua kenangan itu akan jadi nilai tersendiri, pengalaman berharga yang tak dilupakan seumur hidup kami.
Sekian.
Az (16/04/2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar