Aku ingin mengatakan kepadamu, kejujuran, bukan dusta. Bahagia itu Sederhana. Akan kubisikkan itu setiap pagi, dan engkau akan percaya, bahwa hati kita telah bahagia melalui cara-cara yang sederhana.
Jumat, 11 Maret 2016
Sepenggal LPDP (catatan 2)
Pukul 10.00. Karena menunggu cukup lama, akhirnya memutuskan keluar ruangan menyisir gedung GKN, menemukan toliet, menemukan mushola, menemukan dapur, dsbnya. Puas urusan sisir-menyisir kembali ke ruangan yang semakin sesak saja. Di layar monitor yang besar tertera kelompok yang sedang LGD 4A dan 4B. Untunglah masih belum!
Begitu duduk, layar monitor berkedip, announcer nyaring menyatakan, kelompok 5A dan 5B untuk segera menuju lokasi esai! Akhirnya beberapa dari yang sesak itu bangkit, meninggalkan ruangan menuju lobi. Rupanya ruang esai ada di aula utama, samping pintu masuk. Sambil menunggu kelompok 4A dan 4B keluar, kita berada di ruang tunggu. 10 menit ini dimanfaatkan untuk kita persiapan, mengeluarkan papan jalan pulpen dan kartu peserta, yang always ditunjukkan ditiap tahapannya. Masih juga belum keluar, akhirnya kita melingkar dan mulai saling menyapa dan berkenalan. Rupa-rupanya penerima afirmasi grup 5B ini rata-rata memang freshgraduate dan 80%nya lajang, mjomblo, alias belom nikah. Saling tukar nama, dan mendoakan. Grup 5A juga melingkar dan rata-rata mereka ibu-ibu dan bapak. Kayanya mereka afirmasi yang ke LN, soalnya ketika mau menulis esai ada salah satu dari mereka yang mengatakan mau ke prancis, jadi tulisannya dia mesti pakai inggris or prancis.
Dengan muka yang sumringah, 4A dan 4B keluar aula utama. Terlihat di dalam kursi berdert rapi. Para juri dan pengawas duduk di depan. Wah aulanya luas! Hanya itu yang terpikirkan.
Kita digiring masuk (adeuh kaya domba yah, digiring), dipersilakan masuk! Memilih bangku yang sesuai lah dengan keinginan kita. Ibu pengawasnya menyampaikan agar kelompok 5A di sebelah kanannya dan aku bersama kelompok 5B berada disebelah kirinya. Seperti duduk di kursi baris ke dua, cukup nyaman untukku. Bismillah. Dihadapanku ada dua lembar kertas, kertas ke 1 lembar jawaban, dan kertas ke dua pastinya soal (posisi kertas kedua masih tertutup). Ibu pengawas mulai memandu. Bahwa jatah pengerjaan soal hanya 30 menit (yang berarti mesti selesai sampai jam 12.15 WBBI), kemudian tulis identitas beserta kode soal. Sip! Sudah! Silakan buka soal dan pilih soal sesuai penguasaannya.
Soal! Soal yang tertera di kertas itu hanya ada 2 butir. Dan harus memilih satu butir saja untuk dikupas selama 30 menit.
Soal ke 1. Bahkan sebelum lonceng bonus demografis dibunyikan, pemerintah harus mulai mempersiapkan diri untuk meningkatkan kualitas pendiidikan supaya SDM lebih berkualitas secara pengetahuan dan teknologi.
Soal ke 2. Tentang pariwisata! (entah apa, karena sekilas saja, soal no 1 sudah langsung kusukai), wong ilmu kita seputar pendidikan hihihiks.
Butuh waktu yang cukup lama untuk merenungkan, untungnya pernah membuat tulisan tentang bonus demografis ini. Sambil mengais ingatan, aku mulai berpikir dari mana ke mana arah tulisanku, kalimat seperti apa sebagai pembukanya? Apakah informasi ini akurat?
Coretan di paragraf awal akan selalu ada pastinya. Oke kita kenalan dulu saja dengan apa atuh bonus demografis ini. Tulisanku diawali oleh sebuah wacana Indonesia di tahun 2025. Pengulasannya, dampaknya, dan baru masuk ke peran pemerintahannya. Entahlah kenapa isu-isu mendesain peradaban tiba-tiba muncul. Mulai tertarik membhas dan mengaitkan isu bonus tersebut pada pendidikan anak di rumah (home education), membahas masa aqil baligh, peran pemerintah terhadap pendidikan rumah, kurikulum sekolah, sekolah sebagia mitra, peran pemuda dan terakhir menyinggung tentang lulusan: yang tentunya berkualitas SDM tidak sekedar mumpuni dalam IPTEK, tetapi juga memliki karakter, keimanan, patuh pada pranata agama sosial. Karena masih terbayang-bayang kalimat Prof. Dr. Hamka, akhirnya esaiku dipungkas dengan perkataan beliau yang terkenal: “Jika ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri!”
Ya intinya, bonus demografis itu mesti disiapkan oleh pendidikan yang tidak sekedar menghasilkan SDM SDM yang kulaitas IPTEKnya cumlaude, melainkan juga SDM yang berkarakter mulia, yang bisa memanfaatkan ilmunya untuk kebajikan kebaikan. Lah jadi ingat ceramahnya Ustadz Resa Respati, M.Pd. Saat pembahasan kenapa ada peluru dan nuklir? Peluru ada untuk melukai menmebus kepala orang, nuklir juga ada untuk diledakkan dan meneror orang. Yah itulah jawabannya, karena orang berilmu yang tak tahu untuk apa hasil temuannya itu digunakan, atau yah hasil temuannya diselewengkan oleh orang yang berkepentingan dunia itulah... nuklir kalo dijadikan listrik kan manfaat daripada bikin kerusakan di muka bumi. Jadi pertanyaan yang mesti kita teliti dengan baik adalah: ada ditangan orang seperti apa IPTEK itu akan berguna dan bermanfaat? (itu sih diskusi hebat dikepala penulis esai saja). Kertas jawaban sudah duluan ditarik oleh Ibu Pengawas).
Kita keluar tepat pukul 12.15, istrirahat sampai pukul 13.00 dan nanti akan melanjutkan LGD. Kita ber-9 (jika benar), menuju mushola dan menunaikan solat. Selesai kita kembali berkumpul, melanjutkan perkenalan, dan Agus Ramelan menginisiasi untuk membuat grup WA, foto bersama, dan merencanakan strategi cerdas ketika LGD agar semua bisa lolos! Kita berfoto dong dan mulai menyusun rencana hehehe (Mr Cece S yang paling di tuakan (kelahiran 1984) dan sudah menikah kita sokong jadi kepala suku). Sekitar 20 menitan kami dipanggil untuk memasuki ruangan, dan dipanggil nama satu persatu untuk di kursi yang sudah di tentukan. Nama yang pertama di sebut: Agus Ramelan, kemudian Cece S, lalu Dayat, lalu Eli, lalu Nurholis, lalu Susi, Raven, Rahmi, dan Santi.
Kita diberi satu wacana yang harus dibaca dalam 3 menit, kemudian wacana tersebit didiskusikan dalam waktu 30 menit. Wacananya apa? Wacana yang dibahas di sana tentang bela negara. Bela negara itu bukan wajib militer. Bersifat sukarela, sesuai profesi, untuk meningkatkan rasa cinta tanah air, nasionalisme, patriotisme, dsbnya. Pertanyaan diujung wacana. Jika anda semua diminta oleh kementerian pertahanan untuk merekomendasikan sebuah program bela negara, program apa? Begitu singkat dan intinya.
Pertama, karen akita sudah menyusun rencana busuk di luar ruangan, Mr. C lagsung menawarkan diri sebagai modeartor, yang kita amini bersama. Diskusi dimuali dari general Statemnet oleh Mrs. Santi dan Mr. Dayat. Dilanjutkan tuktek diskusi oleh peserta termasuk aku dan yang lainnya, yang tiap orang tentu sama Mr. C dikasih kesempatan 2 kali ngomong per orang, maksimal 3 menit ngomong, cikiciw! Akhirnya lancar sudah, program kita disimpulkan oleh Mr. Agus Ramelan dalam bentuk bagan, dan diringkas ulang oleh moderator. Entahlah, kita berharap yang baik-baik saja, semoga kita ber-9 dapat bertemu kembali di PK (Persiapan Keberangkatan) yang artinya kita lulus.
Oh ya, ada informasi penting saat kita nunggu test esai: Bapak yang menagrahkan kita masuk (menggiring itu lho), sedkit berbincang tentang LPDP. Beliau berkata, “Kalo misal LPDP S2 lulus, kalian kalo udah beres S2, bisa langsung S3 dengan LPDP lagi tanpa seleksi, tinggal serahkan LOA saja.”
Mr. Agus Ramelan, langsung meresponnya dan bilang (ekspresi shock): “Teteh hidup ini kok mudah banget ya?”
Aku bingung deh jawab apa, “Yah, Allah ingin kasih jalan yang paling baik buat hambanya! Banyakin syukuran ini...”
Sebenarnya LPDP tidak syeram sebagaimana yang kita bayangkan mungkin ya. Syaratnya yang paling sulit (bagi abi, yang englishnya gak bagus), ya itu TOEFL, sertifikat bahasa. Lain-lainnya bisa kita usahakan, esai, SKS, SKBN, rekomendasi, ijzah. Hanya harus ada TOEFL saja. Jadi yang berminat LPDP tahun ini (masih terbuka 3 gelombang lagi), persiapkan sertifikat bahasanya (TOEFL), untuk afirmasi minimal 400, untuk LPDP biasa (reg) minimal 500. Itu saja! Lebihnya in sya Allah lancar. Pastikan sertifikatnya dikeluarkan dari lembaga yang terpercaya.
Jam 13.30 kita keluar ruangan, dan diarahkan kembali ke ruang pertama kita berkumpul, ada yang langsung pulang ada yang harus tahap berikutnya. Aku sendiri jam 14.00 tahap perivikasi dokumen. Oke nunggu!
Ngaret satu jam, akhirnya memutuskan solat ashar lebih dahulu, dan 14.45 baru dipanggil: Eli Nurlela Andriani ke meja 4. Ya, perivikasi dulu dengan ibu-ibu usianya 40 tahunan. Selesai perivikasi, pulang dan menunggu hari esok untuk wawancara.
Di luar hujan deras ternyata, akhirnya hanya duduk di parkiran, sambil mendoakan yang terbaik untuk langkah-hari –ini yang sudah dilewati.
Tring Trong! WA grup LPDP afirmasi membunyikan notif, sebuah pesan baru: “Teman-teman wawancaraku in english! Hikshiks.” Tulis dayat. “Aku meja 13. Berhati-hati ya, ini pertanyaannya...” Eah aku langsung pejamkan mata sambil komat-kamit, besok abi pakai bahasa apa ya Allah please, bahasa Indonesia plis!....
Bersambung ke catatan LPDP ke 3 ya...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar