Catatan ini sebagai oleh-oleh dari sisa kenangan, diskusi,
dan perjalnan spiritual dan pemikiran dari sejak masuk UPI sampai kemarin di nurul
fikri, cilembang, Bandung 10-12 April 2015.
LDK. Sejak awal masuk UPI, mencari-cari UKM keagamaan, dan
tidak ada, waktu itu masih ingat, saya mengechat sebuah akun “kalam divan”.
Menanyakan kondisi UKM kerohanian di UPI Bandung. Dan di sana ada, sedikit
curhat saya pun menginginkan jika saja di upi tasik ada,, dan akun bernama
kalam divan pun (entah siapa adminnya) mendoakan supaya di UPI Tasik pun segera
berdiri sebuah UKM keagamaan.
Rupanya percakapan di tingkat 1 itu tidak ada kelanjutannya,
doa sekedar doa...
Waktu tingkat 2 sangat tertarik dengan kegiatan dari sebuah
program: Tutorial. Seperti sebuah UKM kerohanian, Tutorial bisa mewadahi
kegiatan keagamaan, bahkan sempat waktu tingkat 1: PT membuat acara gebyar: UPI
islamic Fair. Menghadirkan Oki Setiana Dewi sebagai pemateri dari bedah
bukunya, melukis pelangi.
Sebenarnya waktu tingkat 1, ada perekrutan dari organisasi
ekstra kampus (KAMMI), ada beberapa kawan yang ikut, walaupun pada mulanya
tidak tahu itu merupakan tahap 1 dari kaderisasinya. Sayang sekali, karena
banyak halangan bahkan tahun berikutnya tidak bisa ikut. Mungkin juga sudah
qodarullah... sehingga Allah membuat saya bisa belajar banyak dari semuanya.
Kegiatan Tutorial adalah pilihan saya satu-satunya untuk
mengembangkan minat saya di bidang kerohanian. Mungkin sedikit terlambat, waktu
SMA saya bukan anak rohis, jadi ketika ikut tutorial, ada sedikit minder: da
aku mah apa. Walau begitu, tetap yakin: kalo mau berubah mah harus kandel
beungeut we...
Waktu tingkat 3, saya mulai berpaling. Merasa jenuh,
kegiatan Tutorial waktu itu ada kantin, kajian rutin, itu paling. Fokus ke UKM
menulis, dan meminta maaf atas ketidakfokusan. Teman-teman yang lain pun sama.
Banyak dari senagkatan saya yang mundur perlahan, menjauh dan menjadi tidak
aktif. Merasa bersalah juga, karena waktu itu saya terpilih menjadi koordinator
akhwat angkatan binder 2011. Harusnya bertanggung jawab atas masalah itu.
Berkecimpung di UKM Menulis berakhir di tahun 2014. Sebelum
itu,penghujung 2013 dalam hati saya
berazam ingin sepenuhnya mengabdi di Tutorial, di kerohanian.
Kondisi tutorial sendiri tengah berguncang,
kegiatan-kegiatan tidak sepenuhnya bisa dilaksanakan sebagaimana laiknya UKM,
kami sadar itu karena status tutorial di
dalam kampus hanya sebagai asistensi mata kuliah, yang semua kegiatan harus
berdasarkan pada dosen pengampu mata kuliah PAI.
Ketika hendak mengadakan binder 2013, dalam sebuah rapat
serius terjadi percakapan. Pada mulanya binder ingin dilaksanakan di Ciando,
tetapi pembina menginginkan di dalam kampus, dari masalah itu kami menjadi
melek dengan posisi saat ini, tutorial bukan lagi ranah yang bisa mewahai kami,
walau bukan hanya itu permasalhannya. Mungkin banyak, entahlah, karena saya
sendiri tidak terlalu aktif, tidak tahu banyak yang terjadi antara pembina dan
pengurus, sejauh itu yang saya tahu baik-baik saja.
Saat diadakan mUBES, dan terpilih Cecep AH sebgai ketua,
terjadi banyak perombakan dalam setruktur. Struktur Tutorial dirampingkan
mengacu pada AD dan ART. Kabinet menjadi
ramping.
Dan saat MUBES itu, pembina menyampaikan posisi tutorial,
dan mendukung pendirian UKM keagamaan. Dan sejak itu mulailah kami membentuk
TIM addhock untuk persiapan peluncuran komunitas keagamaan yang “mungkin” akan
lebih bmampu mewadahi keinginan kami dengan lebih leluasa.
Tim addhock terdiri drai pengurus tutorial diantaranya: kang
ilham, kang rijal, teh asih, teh ai nur (ayay), teh astri, saya sendiri dari
tingkat 3, vira, iman, adik tingkat, via, annisa anita, erni, fida, asep,
ahmid, dll.
Tim mulai dibagi-bagi, dari koordinator samapai bagian
lainnya, ada yang merumuskan ad-art mengacu pada ad art UKDM UPI, ada yang
fokus ke syiar membuat akun fb blog dll, ada yang fokus ke atas (menghubungi
pejabat UPI Kampus), dan merekrut.
Dari sekian minggu kerja TIM, kami melauncing UKDM dengan
sebuah acara yang bisa dibilang “ilegal” karena tidak diketahui siapa
pembinanya.
Ketika saya meminta Pak Syarif sebagai pembina, beliau mengatakan
tahun ini beliau belum siap, karena tengah membina BAQI, UKM keagaaman yang
konsen di baca tulis AL-Quran. Kehadiran BAQI sendiri, meruapakan sesatu yang
surprise: kejutan, karena sama sekali kami tidak pernah di ajak atau mungkin
diberi tahu. Tidak mengapa, ya kerana sepertinya bibit muda (tingkat 1) akan
lebih bisa dikondisikan, dibanding pemain lama. Maaf bahasanya (^^)
Akhirnya dengan prosesi peluncuran balon, dan dihadiri UKM Aksara
waktu itu: kita keukeuh launcing UKDM. Walau pun setelah upload foto kegiatan,
banyak komentar miring dan sebagainya. Banyak ide muncul dan penentangan,
mengapa ada uKDM jika sudah ada tutorial? Mengapa tidak digabungkan? Well, tahu
sendiri Tutorial sudah tak bisa lagi wadahi aspirasi kami, dan mengapa tidka
digabung, sebenarnya itu pun harapan kami, bisa gabung dengan baqi, tetapi
langkah ke sana seolah belum terbuka, terkait masalah namapun, baqi tidak
mungkin diangkat sebagai nama UKDM, karena konsentrasinya, jika digabung paling
bisa namanya At-Tarbiyah, UKM At-tarbiyah. Nama itu lebih umum untuk menayungi
beberapa konsentrasi.
Kajian UKDM yang pertama bersama ustadz, diliput media, hal
ini menimbulkan banyak reaksi juga, termasuk pembimbing kemahasiswaan dan
beberapa dosen. Walau kajian ini sebelumnya sudah di konfirmasikan ke pembimbing
UKDM yang bersedia: Bapak Oyon.
Wah tulisan saya jadi kemana-mana. Sejak itulah saya mulai
menegmbangkan diri secara penuh ke UKM baru ini. Diposisikan dalam bidang
Kajian yang terpisah dari Syiar (biasanya bersatu) menjadi pelajaran yang
berarti.
Dari sana saya mulai belajar, bahwa tidak smeua pengetahuan
bisa diterima, apalagi jika pengetahuan itu bisa membuat orang lain menjadi
ragu akan keyakinannya. Saya sendiri memang suka kajian yang bisa memperbarui
iman, tetapi hal ini tentu tidka baik untuk awam.
Di perankan dalam divisi kajian adalah sesuatu yang
strategis, dalam divisi ini ditentukan siapa pemateri dan bahasan materi. Ada
sebagian ketakutan beberapa orang bahwa UKDM yang baru berdiri ini di boncengi
oleh kepentingan satu organisasi eksternal. Tidak ada seperti itu, jika memang
ada itu tentu ada sanksi, lagi pula masalah pilihan individu itu diserahkan
pada individu yang diajaknya dan mengajaknya. Di UKDM sendiri sebagai divisi
kajian, saya berusaha menghilangkan paradigma itu. Maka untuk menguatkan itu,
pada ujung tahun 2014, saya belajar mengkaji HTI, puncaknya saya ikut ICMS di
Jakarta. Nekad!
Dari sana, saya mengalami sesuatu yang luar biasa. Mulai
dari dianggap orang sesat karena (terlihat) masuk HTI, dianggap radikal, dan sebagainya.
Sampai-sampai, setiap kali disudutkan. Well, saya pun menjadi dilematis,
masa-masa itu sungguh berat, dan membuat saya jengkel orang-orang yang merasa
paling benar dengan keyakinan harokah (gerakannya). Tetapi waktu berlalu, saat
intinya sudah saya dapat, melalui diskusi dengan pak dindin, pak opik, via dan teh
ani kakak tingkat di HTI, saya menghilangkan rasa dilema dan sebagainya. Menetralkannya,
dan berusaha jadi manusia yang bermanfaat saja.
Dan dari pengalaman itu, saya belajar lebih bijak tentang
gerakan-gerakan islam di tanah air. Seorang dosen mengusulkan saya ikut HMI,
agar lebih bisa objektif. Karena KAMMI sendiri, walau bukan anggota atau
pengurus, saya orang yang bisa dikatakan simpatisan aktif, acara-acara kammi
sering dijadikan sarana menambah ilmu, dan beberapa aksinya yang “mewakili
aspirasi saya”, saya ikuti.
Mungkin saat seseorang mengatakan “saya harus berdiri dengan
tegas di satu harokah, tidak bisa kaki ini diinjakkan pada dua atau lebih
keyakinan.” Ingin juga menjawab, tapi ah senyumin saja, mungkin karena itu pula
saya menjadi bagian orang yang Cuma bia ngomong, aslinya tidak aktif dimanapun.
Pikiran ini sudah jauh lebih moderat dari yang seharusnya. Dan wadah yang bisa
menerima saya dengan keyakinan ini::::, sampai saat ini adalah UKDM.
Di UKDM, saya berteman dengan orang-orang dari berbagai paham,
katakan bisa salafi, ikhwan, bahkan yang gak memiliki gerakan, ah saya mah NU
saja, gak ngerti nu kararitu, dll.
Di sana, harus dihargai semuanya, tidak boleh ingin terlihat
menonjol dsb, walaupun saat jajak pendapat akan terlihat apa yang dikatakan
adalah hasil dari pemahamannya.
Wah bahasannya menjadi jauh. Saat kebenaran terus
dicari-cari, mencari yang paling benar, yang tersisa hanya kebingungan. Saya
tidak mengerti mengapa umat ini tergolong begitu banyak, al-quran menyebutkan
sampai 73 golongan, sedangkan yang selamat hanya 1, yakni yang lurus pada wasiat
rasul, tali agama ini adalah al-quran dan sunnah.
Saat dihadapkan pada dilema yang lebih problematik, saya
menemukan masalah yang menyangkut akidah, bahwa ada nabi yang Allah utus
setelah Muhammad, yakni nabi isa, nabi isa sudah turun, begutilah pendapatnya,
katakan itu aliran ahmadiyah. Saya ingin menjerit, sekuat-kuatnya, ada juga
pemikiran itu ya, lengkap lagi dengan buku-bukunya, dan masih ada orang yang
pintar dan sangat pintar baik hati lagi mau mengikuti pemikiran seperti ini.
Mengada-ada!
Saya tidak mau mendebat, sudahlah biar Allah saja yang jadi
saksi antara kami, sempat terjadi diskusi tetapi hasilnya adalah rasa sesal
yang dalam. Allahku, maafkan diri ini, bersitegang satu sama lain bukanlah
solusi. Islam itu damai, jika peringatan sudah disampaikan, lakum diinukum wal
yadin...
Satu lagi yang membuat pikiran ini menjadi pusing, aliran syiah.
Penganar mata kuliah di SPAI tidak cukup untuk memahami syiah. Dimulai dari
sejarahnya sampai bahayanya. Buku-buku syiah yang saya temukan di perpustakaan,
telah mebuat saya menajdi jengkel juga, saat ada pembedaan perlakuan pada
sahabat dan ahlul bait Rasulullah.
Walaupun begitu tetap berusaha mencari “ikan dalam air
jernih”. Melihat jika syiah sangat pandai sekali dalam menyusun buku, kadang sepikiran
dengan seseorang, kok aliran sesat bisa masif begini, buat bukunya tebal-tebal,
welehhhh...
Saat kemarin di Nurul Fikri mengikuti mukhoyyam tarbawi 2,
pengetahuan berlimpah ruah. Selama ini problem LDK hanya di dalam kampus,
sedang LDK yang lain sudah move on, dan mulai memperhatikan suadara di Palestin
bumi syam dan skeitarnya.
Lalu syiah dibedah langsung oleh ahlinya, seorang syeikh
yang di datangkan dari Mesir, syeikh Ibrahim, dan terbukalah hijab. Saat ada
pertanyaan ciri-ciri syiah yang bisa terlihat oleh mata, syeikh menjawab, orang
syiah memandang sholat jumat hanya sunnah. Jadi bisa terlihat orang syiah
kadang tidak melakukan sholat jumat, walaupun pada dasarnya ia taat dalam
urusan solat. Hah? Kami jadi ingat sesoerang, sambil tersenyum.........
Di Nurul Fikri pun dihadirkan syeikh Mustafa An-Nubany,
seorang syeikh dari Palestin. Kami menjadi sadar bahwa umat islam itu satu di
seluruh dunia, visi misi kita satu, ah selama ini kami sibuk dnegan persoalan
pribadi. Sedih kadang, nasionalisme sempit yang menjadikan kami tak lagi
memiliki rasa satu tubuh dan jiwa. Kami hanya peduli dengan diri sendiri. Sedih
we pokonamah.
Dari sana memang tak banyak yang dapat diceritakan, seolah
jiwa ini terus bergerak, dan kebanggan menjadi seorang muslim terasa sangat
dalam, alangkah indah jika perasaan itu dimiliki smeua orang. Islam adalah
agama terbaik, agama yang Allah ridhoi. Jangan membuat kebengkokan di dalamnya.
Cukuplah agama ini, rahmatan lil alamin. Ya Allah jagalah hati kami.
UKDM ke depan menjadi wahana yang memiliki potensi
tersendiri. Terimakasih UPI tasikmalaya. Allah sekolahkan saya di universitas
ini dengan hikmah yang luar biasa, saya menjadi banyak belajar, bahkan untuk
sesuatu (kehidupan) yang kekal. Allahu akbar, maafkan diri ini.
Terkadang kelelahan dan rasa sakit hati muncul, tetapi
jangan pernah berpikir keluar dari jamaah, dan menghindari keterlibatan. UKDM adalah
jamaah yang tepat, ayo saling menguatkan. Dakwah tak bisa tegak hanya dengan 1
orang.
Sedikit berbincang dengan beberapa pengurus UKDM baru, UKDM
ke depan akan rutin menyalurkan donasi ke Palestin tiap satu bulan sekali, ayo
jadilah orang yang memiliki saham atas tegaknya (kembalinya) al-aqso, dan
menjadi bidan dari khilafah rasyidah. Allahu Akbar!
Semoga tulisna ini bermanfaat. Maaf nama-anama yang saya
sebutkan, maaf juga untuk nama-nama yang tak saya sebutkan, mohon maaf atas
segala khilap.
Satu kata penutup ini menjadi pelipur lara saja: Jangan
bunuh karakter seseorang dengan membandingkan ia dengan orang lain. Karena setiap
orang telah Allah bekali dengan karaker masing-masing. Cukplah Allah jadi
penilai. Sebaik-baik manusia di sisi Allah adalah yang bertaqwa.
Penutup untuk diri sendiri sepertinya. Haha yang sudah
dibandingkan. Wew ah. Az (13/04/15)